Review Film “The Power Of The Dog” (2021) : Tentang Toxic Masculinity, Kasih Sayang Anak dan Balas Dendam
Likes
Jane Campion, sang sutradra membangun plot cerita berdasarkan pergulatan batin dari masing-masing tokoh central yang kemudian menjadi akar atas perilaku mereka terhadap masalah yang dihadapi. Selain lebih banyak memperlihatkan gejolak emosi dari setiap karakter, film ini juga banyak menyajikan visual yang memanjakan mata dan sinematografi dengan proporsi yang tepat. Walaupun alurmya yang terbilang lambat dan minim dialog, hal tersebut tidak menggoyahkan saya untuk tetap bertahan hingga akhir.
Perbukitan indah New Zealand di The Power of The Dog ( Sumber : Netfllix)
(Warning! : Ulasan mengandung spoiler)
Jesee Plemons dan Kirsten Dunst dalam The Power of The Dog ( Sumber : Netflix)
Alur cerita dimulai ketika Phil memimpin George dan koboi lainnya ke tempat makan dimana Peter dan Ibunya tinggal. Di meja makan, terdapat sebuah kerajinan bunga dari kertas buatan Peter yang menarik perhatian Phil. Kita akan tahu bahwa Phil sebenarnya menyukai bunga tersebut namun menutupi ketertarikannya dengan meledek Peter. Phil melakukan hal demikian demi mejaga reputasinya sebagai seorang yang maskulin dan jantan dihadapan para koboi lainnya. Dari kejadian itulah, lantas membuat kita semakin penasaran sejauh mana ia akan menutupi jati dirinya dan akan seperti apa tampilan Phil yang sebenarnya.
Maka saat George yang ternyata memutuskan untuk menikahi Rose, ibu Peter, Phil murka. Ia sangat marah pada Peter yang akan menjadi ancaman untuk menunjukkan jati dirinya, pada George yang telah mengkhianatinya dan juga tentu saja pada Rose. Phil menjadi sangat intimidatif dan melakukan perundungan kepada ibu dan anak tersebut sebagai wujud penolakan terhadap mereka.
Film ini tentu tidak hanya berputar pada permasalahan Phil, tetapi juga pada Peter. Pada awal kemunculannya, Peter berbicara tentang tugasnya sebagai seorang pria untuk melindungi ibunya. Rela melakukan segala cara untuk membuat ibunya selalu bahagia. Satu tujuan yang sama yaitu membuktikan diri sebagai “pria” tergambar pada dua situasi yang berbeda antara Phil dan Peter.
Babak selanjutnya kita dibawa untuk lebih menyelam pada sosok Phil yang sebenarnya. Phil yang pada saat itu hidup di zaman pada saat orientasi seksual masih terbatas, ternyata (pernah) menyukai seorang mentornya yang sama-sama pria, terlihat pada satu adegan intimnya dengan sebuah kain yang bertuliskan “BH” alias Bronco Henry. Phil merindukan hubungan yang ia rasakan pada sang mentor, sehingga membuatnya tertarik pada Peter dan kemudian akrab dengannya.
Phil and Peter The Power of The Dog ( Sumber : Netflix)
Di akhir film diperlihatkan Peter yang tersenyum tipis setelah ia melihat ibunya bahagia memulai hidup baru bersama George yang terlepas dari intimidasi seorang Phil. Awalnya kita pasti mengira bahwa Phil merupakan seorang yang jantan dan tangguh, layaknya sifat natural seekor anjing atau dog. Namun, ternyata sosok lemah seperti Peter-lah yang sebenarnya tangguh karena ia mampu mengalahkan Phil. Disinilah makna judul “The Power of The Dog” terungkap.
Sebenarnya, film “The Power of The Dog” bukanlah film yang kompleks dan sulit dipahami. Namun, kita hanya perlu lebih menyimak setiap detail dialog dan adegan untuk mengerti sebab akibat dalam setiap kejadian di film ini. Saya sendiri tidak menyangka film slow-burn yang awalnya sedikit membosankan ini ternyata mempunyai kekuatan tersendiri untuk menghadirkan cerita sederhana menjadi sangat sirat penuh makna.
Selain alur cerita dan sinematografinya yang menakjubkan, ada satu hal yang juga menarik perhatian yaitu elemen musik atau scoring. Musik country yang biasanya dimainkan dengan alat musik Banjo ini memang menjadi ciri khas Amerika pada zaman itu. Sehingga, rasanya musik-musik tersebut memiliki kekuatan khusus untuk menghidupkan setiap adegan dalam film ini.
Pesan mengenai toxic masculinity yang diberikan juga membawa kita untuk tidak melihat kekuatan seorang pria hanya dari tampang dan penampilannya, karena pasti setiap pria memiliki caranya sendiri untuk menunjukkan kekuatan atau kejantanannya.
Final rate 9/10.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.