WHO Imbau Dunia Tetap Waspada Penyebaran Covid-19 dan Perkuat Vaksinasi
02 June 2025 |
13:52 WIB

Ilustrasi (sumber: Freepik)
Meski status darurat global dicabut sejak 2023, WHO menegaskan Covid-19 belum berakhir. Dalam laporan terbaru, aktivitas virus kembali meningkat secara global, ditandai kemunculan varian baru seperti NB.1.8.1 dan rendahnya cakupan vaksinasi pada kelompok rentan.
Dalam laporan epidemiologis terbarunya yang dirilis pada 28 Mei 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat tren peningkatan aktivitas virus secara global sejak pertengahan Februari. Ancaman virus SARS-CoV-2 belum berakhir.
Berdasarkan data dari sistem surveilans sentinel yang dilaporkan ke Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS), tingkat kepositifan tes Covid-19 global mencapai 11% per 11 Mei, angka tertinggi sejak Juli 2024.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Lagi, Indonesia Diminta Waspada
Peningkatan ini terutama terjadi di wilayah Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat, meskipun sebagian besar wilayah Afrika, Eropa, dan Amerika mencatat tingkat aktivitas lebih rendah (sekitar 2–3%). Namun, subkawasan seperti Karibia dan Andes menunjukkan tren peningkatan yang perlu diwaspadai.
"Covid-19 tetap menjadi ancaman kesehatan global. Meskipun status darurat telah berakhir, virus ini terus menyebar dan berevolusi,” tulis WHO, seperti dikutip Kamis (1/6/2025)
Varian SARS-CoV-2 pun menunjukkan perubahan signifikan sejak awal 2025. Varian LP.8.1 yang sebelumnya dominan mulai menurun, sementara varian NB.1.8.1 yang tergolong Variant Under Monitoring (VUM) justru mengalami peningkatan global.
Pertama kali terdeteksi pada 22 Januari 2025, NB.1.8.1 merupakan turunan dari garis keturunan JN.1 dengan mutasi tambahan pada protein spike. Mutasi ini diduga meningkatkan kemampuan penularan dan resistensi terhadap antibodi. Per 18 Mei 2025, varian ini telah dilaporkan dari 22 negara dan mencakup 10,7?ri seluruh sekuens global.
WHO menekankan bahwa vaksinasi tetap menjadi strategi utama untuk mencegah gejala berat dan kematian akibat Covid-19. Namun, cakupan vaksinasi global pada kelompok berisiko seperti lansia dan tenaga kesehatan masih sangat rendah. Per 30 September 2024, hanya 1,68% lansia dan 0,96% tenaga kesehatan yang menerima dosis vaksin sepanjang tahun tersebut.
Ketimpangan juga tampak jelas antara negara-negara dengan pendapatan tinggi dan rendah. Di negara berpendapatan rendah, cakupan vaksinasi pada tenaga kesehatan hanya 0,1%.
“Vaksinasi sebaiknya tidak ditunda sambil menunggu formulasi baru. Lebih baik menerima vaksin yang tersedia saat ini dibanding menunggu yang baru,” tegas WHO.
Melalui Technical Advisory Group on COVID-19 Vaccine Composition (TAG-CO-VAC), WHO merekomendasikan penggunaan vaksin monovalen yang menargetkan varian JN.1 atau KP.2. Vaksin LP.8.1 juga masih dapat digunakan sebagai alternatif.
Menanggapi tren ini, WHO mendorong negara-negara untuk terus menerapkan pendekatan terpadu dan berkelanjutan. Ini mencakup integrasi pengawasan Covid-19 ke dalam sistem pemantauan penyakit pernapasan seperti eGISRS dan CoViNet, termasuk surveilans sentinel, karakterisasi virologi, serta pemantauan air limbah.
WHO juga menegaskan bahwa tidak ada rekomendasi pembatasan perjalanan atau perdagangan internasional saat ini, namun pendekatan berbasis bukti dan keberlanjutan tetap diperlukan untuk menghadapi Covid-19 dan penyakit koronavirus lainnya di masa depan.
Baca Juga: Kemenkes Imbau Publik Waspada Covid-19 Usai Peningkatan Kasus di Asia
Dalam laporan epidemiologis terbarunya yang dirilis pada 28 Mei 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat tren peningkatan aktivitas virus secara global sejak pertengahan Februari. Ancaman virus SARS-CoV-2 belum berakhir.
Berdasarkan data dari sistem surveilans sentinel yang dilaporkan ke Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS), tingkat kepositifan tes Covid-19 global mencapai 11% per 11 Mei, angka tertinggi sejak Juli 2024.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Lagi, Indonesia Diminta Waspada
Peningkatan ini terutama terjadi di wilayah Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat, meskipun sebagian besar wilayah Afrika, Eropa, dan Amerika mencatat tingkat aktivitas lebih rendah (sekitar 2–3%). Namun, subkawasan seperti Karibia dan Andes menunjukkan tren peningkatan yang perlu diwaspadai.
"Covid-19 tetap menjadi ancaman kesehatan global. Meskipun status darurat telah berakhir, virus ini terus menyebar dan berevolusi,” tulis WHO, seperti dikutip Kamis (1/6/2025)
Varian SARS-CoV-2 pun menunjukkan perubahan signifikan sejak awal 2025. Varian LP.8.1 yang sebelumnya dominan mulai menurun, sementara varian NB.1.8.1 yang tergolong Variant Under Monitoring (VUM) justru mengalami peningkatan global.
Pertama kali terdeteksi pada 22 Januari 2025, NB.1.8.1 merupakan turunan dari garis keturunan JN.1 dengan mutasi tambahan pada protein spike. Mutasi ini diduga meningkatkan kemampuan penularan dan resistensi terhadap antibodi. Per 18 Mei 2025, varian ini telah dilaporkan dari 22 negara dan mencakup 10,7?ri seluruh sekuens global.
WHO menekankan bahwa vaksinasi tetap menjadi strategi utama untuk mencegah gejala berat dan kematian akibat Covid-19. Namun, cakupan vaksinasi global pada kelompok berisiko seperti lansia dan tenaga kesehatan masih sangat rendah. Per 30 September 2024, hanya 1,68% lansia dan 0,96% tenaga kesehatan yang menerima dosis vaksin sepanjang tahun tersebut.
Ketimpangan juga tampak jelas antara negara-negara dengan pendapatan tinggi dan rendah. Di negara berpendapatan rendah, cakupan vaksinasi pada tenaga kesehatan hanya 0,1%.
“Vaksinasi sebaiknya tidak ditunda sambil menunggu formulasi baru. Lebih baik menerima vaksin yang tersedia saat ini dibanding menunggu yang baru,” tegas WHO.
Melalui Technical Advisory Group on COVID-19 Vaccine Composition (TAG-CO-VAC), WHO merekomendasikan penggunaan vaksin monovalen yang menargetkan varian JN.1 atau KP.2. Vaksin LP.8.1 juga masih dapat digunakan sebagai alternatif.
Menanggapi tren ini, WHO mendorong negara-negara untuk terus menerapkan pendekatan terpadu dan berkelanjutan. Ini mencakup integrasi pengawasan Covid-19 ke dalam sistem pemantauan penyakit pernapasan seperti eGISRS dan CoViNet, termasuk surveilans sentinel, karakterisasi virologi, serta pemantauan air limbah.
WHO juga menegaskan bahwa tidak ada rekomendasi pembatasan perjalanan atau perdagangan internasional saat ini, namun pendekatan berbasis bukti dan keberlanjutan tetap diperlukan untuk menghadapi Covid-19 dan penyakit koronavirus lainnya di masa depan.
Baca Juga: Kemenkes Imbau Publik Waspada Covid-19 Usai Peningkatan Kasus di Asia
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.
KUMPULAN ARTIKEL LAINNYA
Perjalanan Astuti Membangun Cimeler hingga Siap Menembus Pasar Ekspor
19 Agustus 2025
Roti Sourdough, Warisan Mesir Kuno yang Jadi Favorit Masa Kini
30 Juli 2025
Merawat Tradisi Hidup Sehat dengan Jamu
25 Juli 2025
Gen Z Hobi Makanan Korea, Mie Instan Jadi Favorit
25 Juli 2025