Restoran The House of Raminten, Suguhkan Menu dan Suasana Tradisional Jawa
13 May 2025 |
14:45 WIB
The House of Raminten merupakan restoran yang didirikan oleh Hamzah Sulaiman alias Raminten. Pengusaha, seniman, dan budayawan asal Yogyakarta tersebut telah berpulang di usianya yang ke-75 tahun pada Rabu malam, 23 April 2025.
Memiliki nama asli, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo, sosok Hamzah Sulaiman melekat dengan karakter "Raminten", karakter perempuan jawa yang dilakoninya dalam sebuah acara komedi situasi di stasiun televisi lokal Jogja TV.
Raminten yang identik dengan kebaya dan kain jarik, serta berkonde, kemudian menjadi inspirasi utama dalam pendirian restoran The House of Raminten pada 26 Desember 2008. Berlokasi di jalan FM Noto No.7 Kotabaru Yogyakarta.
Baca Juga: Seniman Hamzah Sulaiman alias Raminten Meninggal Dunia, Simak Rekam Jejaknya
Awal berdirinya, The House of Raminten hanya berjualan aneka jamu. Mulai dari jamu beras kencur, kunir asem, jamu kolesterol, asam urat, dan berbagai racikan jamu lainnya.
Selain jamu juga dijual Sego Kucing dengan harga sangat murah, yakni Rp.1000. Inilah yang kemudian meningkatkan popularitas Raminten. Orang-orang mulai berdatangan sampai rela mengantri untuk dapat tempat duduk dan menikmati sego kucing seribuan.
Tempat makan ini tak sekadar menyajikan hidangan, tetapi juga pengalaman budaya yang begitu kental dengan nuansa Jawa. Begitu tiba, pengunjung akan disambut oleh sebuah bangunan semi permanen yang didominasi elemen kayu yang menciptakan kesan hangat sekaligus sakral.
Aroma dupa yang lembut perlahan menyapa indera penciuman, berpadu dengan keindahan bunga setaman yang ditata apik di sudut-sudut ruangan. Suasana ini menambah kentalnya nuansa tradisional sebagaimana yang sering kita jumpai dirumah-rumah Jawa.
Menariknya, para pelayan di sana mengenakan busana tradisional Jawa. Para waitress tampil anggun dalam balutan kemben dan kain jarik, terinspirasi dari pakaian abdi dalem Keraton Yogyakarta namun dengan sentuhan khas Raminten yang lebih modern dan teatrikal. Sementara, para waiter mengenakan jarik dengan paduan rompi dan kaos yang tradisional sekaligus kontemporer.
Memasuki area resepsionis The House of Raminten, terdapat dua kereta kencana yang megah. Selain sebagai elemen dekorasi, juga menjadi simbol kuat budaya Jawa, khususnya Yogyakarta, yang lekat dengan nilai-nilai kebangsawanan dan tradisi luhur.
Melangkah lebih dalam ke area restoran, pengunjung diajak menyaksikan proses pembuatan batik tulis secara langsung. Setiap hari, ibu-ibu pembatik dengan penuh ketelatenan melukis motif-motif indah di atas kain putih. Aktivitas membatik ini juga kerap dijadikan spot foto favorit para pengunjung karena keotentikannya.
Tak sampai di sana, setiap Jumat saat jam makan siang, restoran menghadirkan pertunjukan tari klasik Jawa yang dibawakan langsung oleh para penari dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Bangunan The House of Raminten sendiri terdiri dari tiga lantai, dengan mayoritas area duduk berkonsep lesehan. Tempat duduk tanpa kursi ini dirancang senyaman mungkin, menciptakan suasana hangat dan akrab, layaknya makan bersama keluarga di rumah.
The House of Raminten menyuguhkan berbagai macam pilihan menu makanan dan minuman dengan nama unik dan rasa yang memanjakan lidah, juga harganya yang terjangkau.
Hidangan utamanya mencakup beragam pilihan seperti Sekul Songgo Langit, yakni Nasi dengan lauk lengkap seperti ayam areh, sate satean, gudangan, tempe, tahu. Ada juga Nasi Tenong yang terdiri dari ayam goreng utuh, sayur plecing kangkung, dan aneka lauk.
Menu lainnya ada Sego Gudeg, nasi dengan gudeg manis khas Yogyakarta dan Selat Tosuro, Steak daging sapi ala Jawa dengan kuah khas. Tak ketinggalan ada lauk Ayam Bumbung yang dimasak dengan bumbu garang asem dan disajikan di dalam bumbung atau bambu dengan blimbing wuluh.
Baca Juga: Sosok Ikonis Raminten Dibuat Film Dokumenter Garapan Sutradara Nia Dinata
Memiliki nama asli, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo, sosok Hamzah Sulaiman melekat dengan karakter "Raminten", karakter perempuan jawa yang dilakoninya dalam sebuah acara komedi situasi di stasiun televisi lokal Jogja TV.
Raminten yang identik dengan kebaya dan kain jarik, serta berkonde, kemudian menjadi inspirasi utama dalam pendirian restoran The House of Raminten pada 26 Desember 2008. Berlokasi di jalan FM Noto No.7 Kotabaru Yogyakarta.
Baca Juga: Seniman Hamzah Sulaiman alias Raminten Meninggal Dunia, Simak Rekam Jejaknya
Awal berdirinya, The House of Raminten hanya berjualan aneka jamu. Mulai dari jamu beras kencur, kunir asem, jamu kolesterol, asam urat, dan berbagai racikan jamu lainnya.
Selain jamu juga dijual Sego Kucing dengan harga sangat murah, yakni Rp.1000. Inilah yang kemudian meningkatkan popularitas Raminten. Orang-orang mulai berdatangan sampai rela mengantri untuk dapat tempat duduk dan menikmati sego kucing seribuan.
Tempat makan ini tak sekadar menyajikan hidangan, tetapi juga pengalaman budaya yang begitu kental dengan nuansa Jawa. Begitu tiba, pengunjung akan disambut oleh sebuah bangunan semi permanen yang didominasi elemen kayu yang menciptakan kesan hangat sekaligus sakral.
Aroma dupa yang lembut perlahan menyapa indera penciuman, berpadu dengan keindahan bunga setaman yang ditata apik di sudut-sudut ruangan. Suasana ini menambah kentalnya nuansa tradisional sebagaimana yang sering kita jumpai dirumah-rumah Jawa.
Menariknya, para pelayan di sana mengenakan busana tradisional Jawa. Para waitress tampil anggun dalam balutan kemben dan kain jarik, terinspirasi dari pakaian abdi dalem Keraton Yogyakarta namun dengan sentuhan khas Raminten yang lebih modern dan teatrikal. Sementara, para waiter mengenakan jarik dengan paduan rompi dan kaos yang tradisional sekaligus kontemporer.
Memasuki area resepsionis The House of Raminten, terdapat dua kereta kencana yang megah. Selain sebagai elemen dekorasi, juga menjadi simbol kuat budaya Jawa, khususnya Yogyakarta, yang lekat dengan nilai-nilai kebangsawanan dan tradisi luhur.
Melangkah lebih dalam ke area restoran, pengunjung diajak menyaksikan proses pembuatan batik tulis secara langsung. Setiap hari, ibu-ibu pembatik dengan penuh ketelatenan melukis motif-motif indah di atas kain putih. Aktivitas membatik ini juga kerap dijadikan spot foto favorit para pengunjung karena keotentikannya.
Tak sampai di sana, setiap Jumat saat jam makan siang, restoran menghadirkan pertunjukan tari klasik Jawa yang dibawakan langsung oleh para penari dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Bangunan The House of Raminten sendiri terdiri dari tiga lantai, dengan mayoritas area duduk berkonsep lesehan. Tempat duduk tanpa kursi ini dirancang senyaman mungkin, menciptakan suasana hangat dan akrab, layaknya makan bersama keluarga di rumah.
The House of Raminten menyuguhkan berbagai macam pilihan menu makanan dan minuman dengan nama unik dan rasa yang memanjakan lidah, juga harganya yang terjangkau.
Hidangan utamanya mencakup beragam pilihan seperti Sekul Songgo Langit, yakni Nasi dengan lauk lengkap seperti ayam areh, sate satean, gudangan, tempe, tahu. Ada juga Nasi Tenong yang terdiri dari ayam goreng utuh, sayur plecing kangkung, dan aneka lauk.
Menu lainnya ada Sego Gudeg, nasi dengan gudeg manis khas Yogyakarta dan Selat Tosuro, Steak daging sapi ala Jawa dengan kuah khas. Tak ketinggalan ada lauk Ayam Bumbung yang dimasak dengan bumbu garang asem dan disajikan di dalam bumbung atau bambu dengan blimbing wuluh.
Baca Juga: Sosok Ikonis Raminten Dibuat Film Dokumenter Garapan Sutradara Nia Dinata
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.
KUMPULAN ARTIKEL LAINNYA
Lihat SemuaResep Kornet Sapi ala Rumahan, Lezat dan Sehat Tanpa Pengawet
23 Juni 2025
qeqe
12 Juni 2025
Cara Menyimpan Daging Kurban di Kulkas, Dicuci Atau Tidak?
10 Juni 2025
Intip & Rahasia The Chairman, Restoran Hong Kong yang Masuk dalam World & 50 Best Restaurants Awards 2021
10 Juni 2025